Langsung ke konten utama

Ayah


“Kakak yang rajin belajarnya, selalu ingat ayah dan ibu jika akan melakukan sesuatu”
“Ayah dan ibu tidak pernah meminta apapun dari kakak dan adek, ayah dan ibu hanya ingin kakak dan adek menjadi anak yang sholeh dan sholehah”
Iya, itu adalah pesan pesan yang selalu dilontarkan oleh ayahku.
Disini aku akan menulis tentang ayah, atau kalian mungkin ada yang memanggil “papa”, “papi”, “abi”, “bapak”. Tapi aku memanggilnya “ayah”.

Aku terkadang sedih ketika membahas ini, sedih disini bukan berarti karena sakit hati atau apapun itu yang menyakitkan. Tetapi, sedih disini adalah melihat usahaku untuk mebahagiakan ayah yang tidak sebanding dengan perjuangan ayah selama ini. Ayah adalah manusia super duper hebat untukku, untuk ibu, dan untuk adikku. Kami sangat bangga mempunyai ayah seperti ayahku. Sangat tidak bisa dibayangkan jika tak ada sosok ayah.

Aku akan bercerita sedikit cerita keluargaku. Sejak kecil, aku dan keluargaku setiap dua atau tiga tahun sekali pindah kota. Dari sabang sampai merauke sudah kita tempati. Dari kota ke kota kami merasakan hal hal yang berbeda, dan selalu bersama. Dan alasan kami berpindah pindah sudah pasti karena pekerjaan ayah. Ya, begitulah singkatnya.

Dan sekarang, aku sudah tidak mengikuti lagi kemana ayah pergi. Aku dan keluargaku memutuskan untuk menetapkanku di Bandung, karena memang aku sudah duduk dibangku SMA dan sulit kedepannya untuk terus beradaptasi ke tiap tiap kota. Setahun aku tinggal di asrama sekolah. Ibu dan adek tetap mengikuti ayah yang sekarang tinggal di Jambi. Ya, jauh sekali.

Setahun pun berlalu, ibu dan adik pun akhirnya ikut pindah ke Bandung. Dan akhirnya, sekarang aku tinggal bersama ibu dan adikku. Ayah? Ayah sendirian di Jambi.

Aku sedih karena melihat ayah sendirian disana, kekhawatiran selalu datang dengan pikiran pikiran “bagaimana kalau ayah sakit? Siapa yang akan mengurusnya?” apalagi umur ayah sudah tidak muda lagi. Memang, ayah setiap bulan pasti pulang ke Bandung. Tetapi tetap saja kami tidak bisa selalu bersama sama dengannya. 

Selalu. Selalu khawatir. Bukan cuma aku, ibu dan adikku pun sudah pasti merasakan hal yang sama. Untuk menghilangkan perasaan khawatir dan ketakutan lainnya, tiap malam kami selalu menelfonnya, yaa kadang ayah pun menelfon kami. Ayah pasti selalu memberikan nasihat nasihatnya untukku dan adikku.

Banyak sekali yang aku kagumi dari sosok ayahku. Ayah tidak pernah menunjukkan keluhan keluhannya di depan anak anaknya, ayah selalu bilang “nanti ayah usahakan ya kak, dek”. Ayah adalah orang yang pekerja keras, selalu mengusahakan untuk kepentingan aku dan adikku. Bahkan aku dan adikku sampai tidak merasa kekurangan apapun. Dulu aku tidak pernah memikirkan betapa susahnya ayah mengusahakan hal itu semua, tapi sekarang aku sadar dan mengerti bagaimana susahnya ayah mengusahakan ini semua. Ayah rela bekerja jauh dari keluarga, ayah rela bersusah susah untuk kami. Ayah adalah lelaki yang tidak pernah sekalipun menyakitiku dan adikku, bahkan membentak pun sangat jarang dilakukannya.

Aku ingin minta maaf kepada ayah, maafkan aku yang selalu membuat ayah khawatir disaat aku sedang pergi. Aku pergi bersama teman temanku tetapi aku tidak tahu bahwa ada ayah yang selalu mengkhawatirkan keberdaan anak gadisnya. Maafkan aku yang belum bisa membahagiakan dan membuatmu bangga, maafkan aku yang selalu tidak mendengarkan nasihatmu.

Tetapi, aku akan selalu berusaha untuk membahagiakan ayah, aku janji yah.
Suatu saat, aku lah yang akan menjaga ayah, bukan ayah yang menjagaku lagi.

I miss you and I’ll always love you, Ayah.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat Sejati

Hmm.. apa yang ada dibenak kalian ketika melihat judul blog baruku ini, ya, "Sahabat Sejati"? Apa sih menurut kalian tentang sahabat sejati? Menurut kalian apa pentingnya mempunyai sahabat? Ya, disini aku akan menceritakan pengalamanku mempunyai sahabat. Jujur saja, aku baru merasakan mempunyai sahabat yang benar benar bisa aku anggap sahabat ya sejak SMA ini, ya, di SMP aku sempat mempunyai kenangan pahit yang provokatornya adalah sahabat ku sendiri. Dan sempat aku tidak percaya dengan yang namanya "sahabat sejati". Tetapi, seiring berjalannya waktu di SMA ini, aku pun merasakan hal indah nya mempunyai sahabat. Sebelumnya, aku akan mengulangi pertanyaanku di atas, apa sih menurut kalian tentang Sahabat Sejati? Apakah penting? Kalau menurut aku, Sahabat Sejati itu adalah mereka yang selalu ada untuk kita dalam kondisi seperti apapun kita, sedih ataupun senang. Mereka siap sedia mendengarkan cerita cerita kita, dan mereka juga bisa membawa pengaruh baik untuk

TASK 1 KOMUNIKASI KELUARGA - Diza Malikah Zahra

Ini adalah cerita keluarga saya ketika kami sedang terkena musibah dengan wabah penyakit Covid-19. Sebelum itu, saya akan menceritakan siapa saja yang ada dalam anggota keluarga saya, saya adalah anak pertama dari dua bersaudara dan saya memiliki seorang adik laki-laki, serta ayah dan ibu saya. Ayah saya bekerja diluar kota karena mendapatkan dinas di Bengkulu. Saya, adik, dan ibu tinggal di Bandung. Pada satu waktu, saya diberi tahu bahwa ayah saya mengalami positif covid setelah pulang dari kantor, dan sudah pasti kamu sekeluarga yang ada di Bandung panik karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh ayah saya, apalagi dengan kondisi ayah sendirian dan kami pun tidak bisa kemana-mana karena pada saat itu persyaratan untuk naik pesawat pun agak sulit dan kami khawatir akan penyebaran Covid-19 ini. Maka dari itu, saya serta ibu dan adik saya, membantu ayah dengan menemani ayah saya via telfon dan setiap harinya menanyakan kabar ayah saya. Ibu juga membantu mengirimkan vitamin

Pandangan menulis ala Diza (Project 2)

Menulis? hmm... Di kelas 11 ini aku belajar bahasa indonesia yaitu tentang menulis dan belajar menulis. Jujur, aku bukan tipe orang yang suka menulis, merangkai kata, atau apapun itu yang berhubungan dengan bahasa. Tetapi, setelah aku belajar di kelas 11 ini, aku rasa memang menyenangkan, kita bisa menulis tentang apa aja. Tentang yang kita rasakan saat ini pun bisa, aku rasa itu akan membuat perasaan lebih lepas. Tetapi, kalo aku sendiri, menulis itu harus dengan mood yang bagus, itu akan membuatku lebih banyak menulis. Hmm.. aku juga sebenarnya belum terlalu suka dengan menulis, terkadang aku merasa sangat bosan dengan menulis. Mungkin memang belum terbiasa dengan menulis dan juga masih suka bingung apa yang akan aku tulis, bagaimana merangkai kata katanya dengan baik. Yaah, begitulah. Oh iya, tetapi aku pernah merasakan kalau menulis bisa menjadi penghilang gabut, hehehe. Disaat gatau mau ngapain di rumah, menulis pun bisa menjadi kegiatan yang mengisi kegabutan. Di kelas 11